JAKARTA - Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief di Sekretariat Negara kemarin menerima Pengurus Komunitas Pemerhati Seismik Indonesia (KPSI). Komunitas yang merupakan gabungan dari berbagai elemen masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia ini dikenal aktif dalam mengkampanyekanpersiapan menghadapi Bencana Alam dan merilis hasil-hasil kajianterkait Bencana Alam.
Dalam pertemuan itu, salah satu anggota KPSI Yudi Hernawan Anggrianto
yang masih duduk di bangku kuliah di Universitas Widya Darma Klaten,
mendemonstrasikan contoh alat sensor seismik yang diciptakanya
dikarenakan keprihatinan terhadap keadaan pada tahun 2010 disaat
Gunung Merapi Yogyakarta bergejolak, serta pengalaman pada saat
menghadapi gempa dahsyat 27 Mei 2006.
Sejak kejadian itu Yudi mencoba beberapa cara untuk menciptakan sebuah alat sensor seismik, yang mulanya tercipta alat yang sangat sederhana dengan menggunakan kumparan, magnet dan pegas dengan menggunakan rangka berbentuk huruf C.
Percobaan mandiri yang dilakukan pada bulan Desember 2010 dengan menggunakan multimeter digital, semakin meningkat kualitasnya dengan berkolaborasi dengan masyarakat yang tergabung dalam KPSI.
Alat sensor getaran ini akhirnya diberi nama dengan 'WASPADA METER',
telah terbukti sensitifitasnya dalam menangkap getaran pergerakan
tanah (seismic), dan telah disebarkan ke beberapa daerah seperti
Yogyakarta, Padang, Riau, dan akan ditambah lagi ke Bengkulu dan Aceh.
Pada gempa tanggal 11 April 2012 di Aceh, alat yang dipasang
di Klaten mendeteksi getaran dari gempa Aceh,dan tiga spot alat di Padang menangkap kenaikan seismic beberapa hari sebelum kejadian, tremor seismic terus terpantau oleh alat.
Dalam tanggapanya, Andi Arief haru dan berterimakasih dengan dedikasi
masyarakat yang tergabung dalam KPSI, dan berupaya untuk membantu
pengembangan riset serta kerja-kerja konstruktif yang selama ini telah
dilakukan KPSI.
Dalam waktu dekat akan digelar pelatihan oleh Andi Arief kepada anggota KPSI untuk meningkat standarisasi manajemen pada saat terjadi bencana dan manajemen pusat krisis pada saat penanggulangan setelah terjadi bencana.
Sebagai informasi, 'WASPADA METER' merupakan alat portable yang telah di
uji coba di beberapa tempat dan sampai saat ini masih terpasang di
beberapa titik pemantauan seperti di Cawas, Klaten, Jawa Tengah di
posisi : 7.769495 LS 110.696241 BT, Lubuk Buaya, Koto Tengah, Padang
di posisi : 0.8321 LS 100.317 BT serta Jl. MH Thamrin No. 43 Padang
di posisi : 0.956 LS . 100.360 BT.
Alat yang menggunakan prinsip kerja GGL (Gaya Gerak Listrik) ini
memanfaatkan cara kerja pembangkit listrik (Generator/dinamo) untuk
mengubah gerakan mekanik menjadi elektrik. Sistem kerja alat ini pada
akhirnya akan berwujud preamplifier, yang merupakan hasil sinyal
seismik. Dan kemudian dapat di pantau menggunakan multimeter, atau VU
LED buzzer dengan bunyi yang di pakai sebagai tanda adanya aktivitas
seismik serta diteruskan dengan menggunakan bantuan Teknologi
Informasi seperti social media, website dan lainya.
“Terhadap dedikasi anak bangsa ini, Senin (7/Maret) saya akan
membantu mendaftarkan karya mereka ke Depkumham’, sambut Andi Arief.
Dalam pertemuan itu, Andi juga menyampaikan bahwa karya-karya yang
telah dilakukan oleh KPSI dan komunitas masyarakat lainya secara
independen tekait bencana, menunjukan bahwa masyarakat kita telah
beranjak maju dalam persiapan menghadapi bencana sejak kejadian Aceh 2004.
sumber:
http://www.tribunnews.com/ 2012/05/05/ mahasiswa-klaten-ciptakan-a lat-sensor-gempa-bumi
Dalam pertemuan itu, salah satu anggota KPSI Yudi Hernawan Anggrianto
yang masih duduk di bangku kuliah di Universitas Widya Darma Klaten,
mendemonstrasikan contoh alat sensor seismik yang diciptakanya
dikarenakan keprihatinan terhadap keadaan pada tahun 2010 disaat
Gunung Merapi Yogyakarta bergejolak, serta pengalaman pada saat
menghadapi gempa dahsyat 27 Mei 2006.
Sejak kejadian itu Yudi mencoba beberapa cara untuk menciptakan sebuah alat sensor seismik, yang mulanya tercipta alat yang sangat sederhana dengan menggunakan kumparan, magnet dan pegas dengan menggunakan rangka berbentuk huruf C.
Percobaan mandiri yang dilakukan pada bulan Desember 2010 dengan menggunakan multimeter digital, semakin meningkat kualitasnya dengan berkolaborasi dengan masyarakat yang tergabung dalam KPSI.
Alat sensor getaran ini akhirnya diberi nama dengan 'WASPADA METER',
telah terbukti sensitifitasnya dalam menangkap getaran pergerakan
tanah (seismic), dan telah disebarkan ke beberapa daerah seperti
Yogyakarta, Padang, Riau, dan akan ditambah lagi ke Bengkulu dan Aceh.
Pada gempa tanggal 11 April 2012 di Aceh, alat yang dipasang
di Klaten mendeteksi getaran dari gempa Aceh,dan tiga spot alat di Padang menangkap kenaikan seismic beberapa hari sebelum kejadian, tremor seismic terus terpantau oleh alat.
Dalam tanggapanya, Andi Arief haru dan berterimakasih dengan dedikasi
masyarakat yang tergabung dalam KPSI, dan berupaya untuk membantu
pengembangan riset serta kerja-kerja konstruktif yang selama ini telah
dilakukan KPSI.
Dalam waktu dekat akan digelar pelatihan oleh Andi Arief kepada anggota KPSI untuk meningkat standarisasi manajemen pada saat terjadi bencana dan manajemen pusat krisis pada saat penanggulangan setelah terjadi bencana.
Sebagai informasi, 'WASPADA METER' merupakan alat portable yang telah di
uji coba di beberapa tempat dan sampai saat ini masih terpasang di
beberapa titik pemantauan seperti di Cawas, Klaten, Jawa Tengah di
posisi : 7.769495 LS 110.696241 BT, Lubuk Buaya, Koto Tengah, Padang
di posisi : 0.8321 LS 100.317 BT serta Jl. MH Thamrin No. 43 Padang
di posisi : 0.956 LS . 100.360 BT.
Alat yang menggunakan prinsip kerja GGL (Gaya Gerak Listrik) ini
memanfaatkan cara kerja pembangkit listrik (Generator/dinamo) untuk
mengubah gerakan mekanik menjadi elektrik. Sistem kerja alat ini pada
akhirnya akan berwujud preamplifier, yang merupakan hasil sinyal
seismik. Dan kemudian dapat di pantau menggunakan multimeter, atau VU
LED buzzer dengan bunyi yang di pakai sebagai tanda adanya aktivitas
seismik serta diteruskan dengan menggunakan bantuan Teknologi
Informasi seperti social media, website dan lainya.
“Terhadap dedikasi anak bangsa ini, Senin (7/Maret) saya akan
membantu mendaftarkan karya mereka ke Depkumham’, sambut Andi Arief.
Dalam pertemuan itu, Andi juga menyampaikan bahwa karya-karya yang
telah dilakukan oleh KPSI dan komunitas masyarakat lainya secara
independen tekait bencana, menunjukan bahwa masyarakat kita telah
beranjak maju dalam persiapan menghadapi bencana sejak kejadian Aceh 2004.
sumber:
http://www.tribunnews.com/
0 komentar:
Posting Komentar